Selamat datang di blog haram patah, blog orang mustadh'afin, yang menyediakan bacaan bahasa melayu sederhana, blog yang memberi sikap haram patah dalam perjuangan dan kehidupan, selamat membaca dan menimba wawasan

Jalan Fikir benar atau salah untuk Memaknai hari Raya fitri…?

| |


Setiap manusia yang lahir dari rahim seorang Ibu pertama kali di dunia ini fitrah/suci, kemudian Ibu dan Bapak dia lah yang akan mewarnai si anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Islam, dihari yang fitrah atau kita yang kenal dengan hari raya idul fitri, dengan bahasa melayu awam Patani adalah hari Raya Tupak, hakikat sejati pada hari fitri bukan arti hari kita berpakaian baru dan makan tupak, namun itu adalah warna warni dalam suasana kemesraan dihari yang penuh lapang dada, saling mengucap kata maaf dan mengucap kata beri maaf, atau yang kita selalu dengar, mohon maaf lahir dan bathin.

Ramadhan al-mubarak sudah tiada ditahun 1430 hijriah ini, namun sudah menjadi sebuah kemenangan dalam diri kita masing-masing untuk memurajaah dan memuhasabah, apakah sudah terjadi dalam diri kita, peningkatan Iman kita pada Allah swt, itu yang wajib kita check-up, namun di hari Raya Fitri pula, khutbah selalu kata bahwa idul fitri merupakan sebuah kemenangan seluruh ummat Islam di seluruh Dunia, tapi bila kita tilik dengan cermat dan peka rasa sikit, maka kita akan mendapat ummat Islam yang masih dalam keadaan yang kalah, mari kita tilik lihat pula pada sejarah Nabi kita Muhammad saw sikit, waktu Nabi meraya hari Idul Fitri bersama para sahabatnya yang setia, maka posisi Nabi dan para shahabatnya ada pada balik yang merdeka dan mempunyai kekuatan dengan para mujahid-mujahid yang siap perang, dan merdeka dari penidasan dari kaum musyrikin quraisy, sungguh Nabi merayakan hari Idul fitri penuh dengan suasana bebas dari ancaman dari musyrikin quraisy, lalu bagaimana dengan ummat Islam yang merayakan hari kemenangan yang masih ada dibawah kepenjajahan Negara kafir?, contoh paling mudah dibumi Patani atau disemenangjung susantara. Bagaimana kita semua mahu menang dan angan-angan untuk kemenangan di akhirat, sedangkan di dunia saja kita sudah timpa dalam keadaan yang kalah, sebuah omong kosong bila kita kata menang, cuba kita tilik pula perjalanan sejarah Nabi dengan shahabat-shahabatnya setelah balik dari perang, shahabat Tanya pada Nabi saw, perang apa pula paling besar setelah balik dari perang, maka Nabi saw menjawab yaitu perang tehadap nafsu, artinya perang sama musyrikin itu hanya perang kecil saja.

Bila tilik pula di bumi Patani merupakan hukum wajib pagi penghuninya untuk berperang kecil melawan musyrikin Siam, tapi malahan penghuninya sibuk untuk berperang besar, dan menggema untuk berperang besar, perang kecil saja kita sudah tidak mampu menang, bagaiman mahu berperang besar pula, bukan arti penulis mahu berkata tidak gema puasa dalam bulan Ramadhan, bila kita betul menang dalam bulan puasa Ramadhan, tentu sudah lama kita menang perang kecil ini, contohnya Nabi saw berperang badar dibulan Ramadhan, dan Nabi dapat kemenagan gemilang.

Entah lah ini salah atau benar, boleh jadi ini ada benar, dan boleh jadi ini salah cara fikir, yang maha penting murajaah dan muhasabah yang kita mutar balik pada masa selama ada dibulan Ramadhan, untuk menuju seorang manusia yang fitrah.

By : Saifullah

0 ความคิดเห็น:

Post a Comment