Anak Bongsu Raja Belajar Berkuda
เขียนโดย Fathy Sp | 1:15 AM |Tidak ada kamus perjuangan yang mengatakan kalah di dalam berjuang, barang kali itu yang menjadi pondasi bagi para pejuang kemerdekaan Bangsa Melayu Patani, di dalam perjuangan sungguh banyak liku-liku dan tangtangan, para pejuang wajib berlapang dada untuk menempuh liku-liku dan cabaran onak duri yang menjadi halang rintang, dan yakin akan fajar kemenangan yang satu waktu akan memberi cahaya yang penuh cahaya tanpa ditutupi oleh kabut gelap, yaitu hari kemenangan yang nyata, setiap perjuangan di mana pun yang ada di Dunia ini, baik yang sudah tercatat dan tidak tercatat, baik yang tercatat dalam buku sejarah sederhana atau buku sejarah yang tebal-tebal, baik yang tercatat dari kesan bangunan atau kesan rasa dari hati kecil rakyat jelata, semua isian dan rasa didalam selalu membuat kesimpulan dengan catatan sederhana “bahwa tidak ada perjuangan itu kalah”.
Tercatat secara tertulis dan suasana pada tahun 2004 M, bahwa itu merupakan awal permulaan hasrat yang murni dari lubuk hati sanubari seluruh anak Bangsa Melayu Patani untuk bangkit mengisi lembaran baru perjuangan menuju cita-cita luhor, dengan tidak meheraukan diri sendiri “besar atau kecil” yang hanya ada terus berjuang untuk mencapai cita-cita panggilan Ibu Pertiwi, sudah sekian lama Ibu Pertiwi di bawah kaki yang berbaju emas bersuara merdu dari tongkat istana Bangkok, darah dan air mata dari anak-anak bakti Negeri yang tercurah membasahi bumi dan jasad terbujud kaku di haribaan nya, dan masih ada anak Negeri yang tetap berdo’a di balik pintu yang layak dimasuki oleh binatang buas, dan masih ada anak-anak Negeri yang berklana mencari obat di Negeri orang untuk mengobati Ibu Pertiwi yang sedang ditinpa sakit, akibat terinjak-injak oleh Bangsa yang haus akan darah sesama manusia.
Banyak penghuni diatas haribaan Ibu Pertiwi yang sedang sakit membuat pertanyaan, apakah Ibu Pertiwi kita akan dibebas dari ijakan kaki Bangsa yang haus akan darah?, akan kah akan berjaya pada perjuangan kali ini, atau akan kah terjadi tunduk wajah kebumi dan menetis air mata dengan membawa rasa yang sedih, semua jawaban itu dapat dijawab oleh setiap anak-anak nya, sejauh mana ada rasa cinta pada Ibu Pertiwi, sejauh mana jiwa pembela ada pada anak Negeri.
Sedangkan penghuni di Dunia ini bertengot pada Patani, sedang terjadi apa di Thailand selatan sekarang ?, apakah di sana ada tangan para terorisme atau tangan penjahat?, Apakah di Patani sana ada kelompok tertentu yang sedang membuat masalah untuk mencari sebuah kepentingan semasa, penghuni Dunia sedang membuat halaqah untuk muzakarah keadaan Patani, ada apa sebenar nya di Thailand selatan sekarang..?, tanda Tanya dari penghuni Dunia, sudah tercatat 5 tahun berlalu, dan akan memasuki pentas tahun yang ke 6 pula, Patani dimata Penghuni Dunia masih ada sedikit kabut hitam yang menjadi penghalang penlihatan, sebab anak Negeri sedang menyalakan kayu api yang sedang ditimpa air hujan dan angin rebut yang bernama Siam.
Hemat bahasa dari penulis ini mahu membuat ibarat, bahwa Patani bagaikan Anak lelaki yang kecil tubuh nya, dari saudara bongsu anak dari sang Raja, yang sedang belajar berkuda dibawah sinaran mata hari yang terik di sebuah lapangan yang luas dan tandus, tanpa dikawali oleh pengawal kerajaan yang semesti nya, hanya disaksi oleh mata Rakyat jelata dari jarak yang jauh, Anak lelaki itu berjatuh dan berjongkir balik dari kuda kesayangan nya, yang berwarna putih seperti kuda Raja Alexsander Agung dalam cerita legenda orang Yunani, Anak lelaki itu menangis tanpa malu akan didengar orang, dan berriak dari rasa kesakitan tanpa malu pada alam, dia terus usaha belajar untuk tetap diatas pranu kuda, untuk tujuan pada suatu hari, akan balik ke Istana Megah dengan wajah perwira.
Patani akan terus menuntut diri nya untuk naik pada pentas Dunia yang sejajar dengan Bangsa-Bangsa yang lain. Patani akan terus berusaha bagaikan anak seorang sang Raja yang sedang belajar berkuda.
By : Haram Patah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 ความคิดเห็น:
Post a Comment