Kasatuan dalam langkah menuju cita-cita

Titik ukur kegigihan seseorang ada pada ketahanan diri dalam menempuh uji, kasatuan merupakan kekuatan yang ada keterkaitan dalam satu hasrat rasa, bila hasrat lemah maka semangat juang akan menjadi loyo dan lesu atau semangat patah sebelum jalan tercapai tujuan.

Banyak orang yang kita dapat melihat ada disekeliling kita, bila nampok hasrat rendah, maka jalan usaha lemah, bila lemah maka jalan kalah terbuku, pintu kemunduran dalam diri atau sebuah kelompok jadi pasif dan mundur, ini sangat penting bagi orang yang beriman untuk meneliti kembali nilai ibadah kesehariannya, memikir kembali jiwa ketahanan dalam diri, memikir kembali jalan yang sudah ditempuh.

Kasatuan akan menjadi rentak takkala ada diantaranya rapuh, tak tahan lagi untuk berjalan, tak tahan lagi dengan derita rasa yang tersumbat dalam hati yang selalu berubah dan liar akan hasrat keperibadian, dan kepentingan pada nikmat semasa, bertahan dan menjaga didalam kesatuan itu banyak memakan rasa, banyak memakan waktu peribadi, tiap-tiap perkara ada hukumnya sendiri-sendiri, mudah contoh seorang pemuda suka pada anak tuan guru, tentu seorang pemuda itu akan ada bekal diri dengan ilmu agama yang dapat megangti tak kala tuan guru ada halangan dalam memberi pelajarannya pada murid-murid, atau boleh kita beri contoh pada seorang tukang kebun yang mahir, tukang kebun yang mahir akan faham hukum tanah yang patut dan layak ditanam oleh pokok kayu, sesuai dengan lapang tanah, maka akal dan sunnatullah berjalan sesuai susunan oleh tuhan.

Boleh kita mempelajari dari sejarah kejayaan pada suatu bangsa atau suatu kelompok masyarakat yang berjaya dalam mencapai cita-cita, mencapai tamaddun yang telah tercatat oleh ahli ilmu sejarah, dan boleh juga kita ambil hikmah dari kegagalan pada suatu bangsa atau suatu masyarakat yang mundur dan kacau balau keadaannya, semua bagi kita kekinian dapat mengutip ambil pelajar dan hikmah, untuk menghindari dari lubang yang gagal dan kemunduran, tak layak bila kita berkata bangsa dahulu berjaya sesuai dengan zamannya, dan gagal sesuai dengan zamannya, pada hakikatnya manusia dahulu dan sekarang ada rasa yang sama didalam diri yang tuhan telah berikan, Cuma sedikit kita memikirkannya, mahu berjaya wajib berjuang sesuai dengan hukum yang berlaku, mahu menjadi pemenang wajib berjiwa besar dan tenaga bathin yang tak boleh batah, terjadi kacau balau itu akibat lemah bertahan dalam aturan kesatuan, kasatuan dalam langkah akan menjadi kuat dan mencapai cita-cita, bila semua didalamnya mengerti akan aturannya dan tidak lengah untuk bertahan, disini lah kepala kesatuan berperan besar.
Mudahan siapa saja yang berperan, tentu akan merasakannya, dan tentu pula bagi orang mengikuti berperan didalamnya akan menjamoh rasa yang sama, yang penting adalah mengerti aturan dan hukum yang berlaku.


By: Haram Patah