Saya cuba meangkat pena ini untuk menuangkan diatas kertas yang putih ini dengan hati sayu, bersama saya sebatang rokok daun dan sekelas kopi tua yang dibuat oleh seorang pemuda yang sudah lama terasing dari kemesraan keluarganya, tempat saya duduk ini ada dibelakang kampung dalam kebun getah, malam-malam penuh dengan nyamuk dan ibu bijat yang berwarna hitam.
Suka sekali kami-kami bila ada suara burung hantu yang selalu menyapa kepada kami-kami yang tinggal di Basa Hatak ini dengan suara khas, bunyi seperti seorang tua yang sedang robek kain kafan mayat “kreek kreek kreek”, suara itu cukup memberi rasa ketawa pada kami-kami yang harus sembunyi dari mata-mata musuh yang selalu mengintai keadaan kami-kami, kami tidak ada rasa takut dan gentar hati dengan suara alam diwaktu malam yang menyahut-nyahut seperti kuburan orang kafir, kami hanya ketawa dan saling pandang dan kadang-kadang saling bertanya diantara kami-kami “sedang apa kita disini?” ada yang menjawab dengan suara rendah “kita ini orang nak merdeka negeri” ada yang menjawab dengan suara keras “kita ini pejuang pembebasan” ada yang menjawab dengan rasa sedih “kita ini anak kena buang dari keluarga” ada yang menjawab “kita ini manusia pilihan tuhan” ada yang menjawab dengan yakin “kita ini komando utama rakyat brother!” dan aku yang menulis ini menjawab dengan suara yang lembut “kita ini adalah orang yang siap membunuh musuh dan siap dibunuh musuh kawan!”.
Tiba-tiba kami mendengar suara dari jauh sekali, seperti suara seorang budak yang baru lahir keluar dari rahim seorang ibu muda, sebab terdengar suara seorang ibu menjerik-jerik kuat, lalu ada kawan kami yang lidah hudoh berkata “adow sakit wee.. itu pasti anak mula-mulanya, kerana suara ibu dia kuat sangat! Jerik-jerik” dan ada diantara kami yang bantah kepada lidah hudoh itu “pana-pana demo!”, yang lain hanya terseyum saja, akan tetapi ada salah satu diantara kami menarik kokang senjata AK.47 yang baru saja dapat merampas dari tangan milik pasukan khusus Siam dan dia berkata “aku mahu sekali menembak senjata ini bolih satu max! peluru, supaya budak baru lahir itu dengar, dan kawea juga nak hadiyah senjata ini kepada budak yang baru lahir itu, bila besar nanti tak payah budak tu cari senjata lagi, bila taning kita masih belum merdeka!”.
Lalu ada suara seorang sahabat kami yang nama panggilan Badok besi ‘waso nyayo pada seorang wanita bila kena melahirkan anak mula-mulanya’. Apa yang bolih buat, karena itu adalah fitrah bagi seorang wanita yang patut melahirkan anak-anak.
Terasa sayu lagi bila seorang ibu kena melahir anaknya tanpa seorang suami dirumah, malahan lebih sayu lagi bila suami seorang ibu itu sudah tiada dialam dunia ini karena tertembak mati oleh askar penjajah siam yang selalu memberi rasa curiga kepada semua orang lelaki melayu patani yang sehat jasmaniah dan ruhaniah, kami yang ada di basa hatak ini hanya bolih mendengar suara itu dengan rasa bahagia, sebab masih ada generasi baru yang lahir dibumi patani ini.
Saya kembali coh rokok daun saya yang baru saja mati api, saya cuba mengisap dalam-dalam asap-asapnya, ternyata ada rasa nikmat tersendiri, pada hal saya ini tidak merokok, Cuma nak mencuba-cuba saja, tiru-tiru tok-tok tua kampung yang hisap nampak waso sedap setelah selesai mencakul sawah ladang, saya cuba tilek jam tangan saya, oh! ternyata sudah masuk pukul 01.00 malam.
Sesuai dengan sikap kewaspadaan tinggi bagi kami-kami, maka pukul 01.00 ini lah yang wajib bagi saya untuk gangti masa jaga kawan saya yang sedang menjaga dipintu basa hatak ini, saya menulis ini hanya mengguna cahaya bulan yang cerah yang terpancar dari celah-celah pohon getah yang masuk kepintu jendela, saya hanya menulis cerita ini kepada kawan main saya diwaktu kecil dulu, tapi berbeda nasib diantara saya dan kawan saya, kawan saya dia ada di Negara seberang tanah melayu, dia sudah menjadi seorang yang kaya raya disana, kadang-kadang saya tulis surat tanya khabar, tapi dia pun tidak ada satu pun membalasnya, nasib saya dengan dia sudah berbeda jauh lah sekarang, saya dalam hujan peluru penjajah, kawan saya dia ada dalam hujan bahagia ditempat yang damai dan permain, bila takdir tuhan sekalian alam ridha dan qabul kejayaan perjuangan ini, saya yakin dia akan datang mencari saya pula dalam suasana yang lain dengan wajah seyum dan hati yang saling mengucap salam, saya gi dulu lah kasian makan waktu istirahat kawan saya dah, siapa pun temu tulisan ini baca saja lah, ini tulisan seorang pembebas yang tak faham dengan arti kata kongsi dengan penjajah siam. Merdeka!.
Oleh: Bo
0 ความคิดเห็น:
Post a Comment