Selamat datang di blog haram patah, blog orang mustadh'afin, yang menyediakan bacaan bahasa melayu sederhana, blog yang memberi sikap haram patah dalam perjuangan dan kehidupan, selamat membaca dan menimba wawasan

LOH SUPEK

| |

Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang, saya menuang catatan tulisan ini dengan rasa bangga dan terharu, sebuah catatan memory terhadap seorang hamba Allah, yang patut dan pantas semua orang patani mengenang dan mehormatinya tapi bukan dipuja-puja seperti orang kafir siam harbi pada tokoh-tokohnya, ada apa gerangan dan kemuliaan seorang hamba Allah itu yang patut dan pantas semua orang patani hormati, lebih khususnya kepada para pejuang kemerdekaan bangsa melayu Patani yang sedang memikul senjata dimedan perang gurela.


Pada tanggal 21 desember 2007 ada seorang pejuang memberi sebuah kata untuk menjadi tanda tanya-tanya “apakah ini sebuah kesalahan atau apakah ini sebuah takdir Ilahi pada hambanya yang terpilih”. Penulis ini cuba mengumpul cerita dari sobat-sobatnya untuk menjadi sebuah catatan cerita keteladanan, yang patut dan pantas untuk mengambil perlajaran dan ditiru oleh siapa saja yang selalu menyanjung kemuliaan akhlak terpuji, seorang manusia langka akan dicatat menjadi sebuah tulisan sejarah yang tidak pernah luntur tinta diatas kertas kemuliaan yang nan terpuji.

Panggilan loh supek itu bahasa harian bagi sobat-sobat dia yang panggil bersapa dalam kehidupan, penulis ini dapat cerita dari seorang sobat beliau yang bercerita, bahwa seorang bamba Allah panggilan loh supek itu seperti batu karang laut yang keras tapi jiwa sustra, kayakinan pada dia terhadap sesuatu ibarat seperti “bila dipatuk oleh ular cobra, maka racun sengatan dari ular cobra yang ada dalam tubuhnya itu lah yang akan merubah menjadi obat pula”, nampaknya tidak masuk akal bila kita berfikir-fikir, akan tetapi itu adalah bahasa ibarat kepada seorang panggilan loh supek pada sikap yakinnya.

Tidak ada banyak catatan sejarah bagi pejuang bangsa melayu patani untuk menjadi keteladanan bagi generasi muda dan mudi pada masa akan datang, sebuah cerita langka pejuang keberanian luhur bangsa melayu patani hanya melalui cerita ucapan lisan belaka, bila pecerita mati dimakan tanah, maka habis lah cerita langka yang dapat menjadi keteladanan terpuji.

Penulis mendapat cerita dari seorang sahabat loh supek pula, yaitu sahabat loh supek sewaktu bersamanya yang ada dalam tahanan penjara penjajah Siam, yang mana terkena ancaman hukuman penjara seumur hidup dan ancaman hukuman mati.


Sahabat loh supek memberi bahasa hati bahwa ‘sebuah kenangan terharu dan megertak jiwa bagi siapa saja bila tahu akan sikap loh supek selama berada dalam tahanan’. Dengan bahasa haru dan jiwa tersendat-sendat sohabat loh supek memberi cerita begini: selama saya ada dalam penjara bersama loh supek, saya tidak pernah mendengar kata-kata yang keluar dari loh supek dengan kata-kata yang ada rasa marah dan bahasa yang putus harapan, dia selalu sebar dan lebih tenang dalam ibadah, kami sembahyang berjamaah selama ada dalam penjara dengan mengguna alat sejadah dan kain-kain buruk untuk menjadikan tempat kami bersujud yang ada diwaktu siang dan malam, ada suatu ketika kami dihadiyah dengan kain permaindani indah persia, maka kami jadikan kain permaidani indah itu sebagai tempat sembahyang, seketika kami selesai melaksanakan sembahyang, maka timbul rasa kami untuk berbaring dan istirahat sejenak untuk melepas rasa penat dan lelah setelah habis dari ruang persidangan hakim, akan tetapi niatan kami untuk istirahat diatas kain permaidani indah itu dicegah dengan tegas oleh loh supek, dengan kata “kita tidak pantas berbaring diatas kain permaidani indah, ini dalam penjara yang patut kita hidup seperti orang tahanan dalam penjara pada umumnya, walaupun kita sudah diberi keistimewaan yang banyak, akan tetapi tetap saja kita ini adalah tahanan yang hidup dalam penjara yang akan menunggu keputusan hakim, antara hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Selama kami ada dalam penjara, kami tetap makan nasi merah seperti tahanan penjara pada umumnya, kata sahabat kenangan kami loh supek “al-hamdulilah kita semua bolih makan nasi merah dalam penjara sebab rakyat dirumah makan lebih teruk dari kita lagi”.

Walaupun kami dapat hak istimewa untuk tidak makan nasi merah, yang mana dapat kami pesan nasi dan makanan sedap dari luar penjara, tapi kami tidak mau diistimewakan, sebab kami hanya manusia didalam penjara, yang pantas dan layak hidup seperti manusia didalam penjara, dan semua sikap kami dikontrol oleh loh supek, rasa lesu dan takut hilang dari hati kami, harapan kami untuk keluar dari penjara itu sangat besar, yang akhirnya dengan pertolongan Allah dan berkah do’a orang-orang mustadhafin yang ada disegala penjuru bumi, kami dapat bernafas bebas dari penjara, walaupun hari kini kami dikejar-kejar oleh peluru-peluru tajam siam, dan sohabat kami loh supek sudah pergi selama-lamanya pada tanggal 21 desember 2007, dan kami yang masih tertinggal ini, tetap pada jalan pilihan sahabat kami loh supek, maju langkah kedepan sampai ajal kami tiba.

Cerita yang penulis menulis hanya sedikit cerita dari sahabatnya, masih ada banyak cerita yang belum dicerita oleh sahabatnya, barangkali penulis ini masih budak kecil yang patut dan wajib banyak belajar lagi, itu saja penulis yang dapat mecerita dalam bentuk tulisan ini, nanti lain kesempatan penulis akan menulis lagi, dengan sajian cerita keteladanan dari hamba Allah yang sedang berjuang untuk menegak sendi kemuliaan Agama, Bangsa dan Negara, semuga tulisan sederhana ini menjadi sebuah penawar hati bagi orang yang pilu dan untuk daya sepirit bagi siapa saja yang suka belajar dari contoh-contoh tokoh yang besar, insyaallah lain kesempatan pula akan penulis sajian tulisan teladan loh supek, mudahan tulisan ini menjadi bahan pelajaran yang bermanfaat, wallahu ‘alam.

*catatan dalam penjara.
Oleh: Ahmad

0 ความคิดเห็น:

Post a Comment