Tentara Dan Ideologi
เขียนโดย Fathy Sp | 12:48 PM |Setiap Negara wajib ada tentara dan ideologi kenegaraan, bila sebuah Negara tidak ada tentara yang baik dan ideologi yang sesuai dengan prilaku masyarakatnya, maka bolih kita kata, Negara itu sangat rapuh dan mudah diserang oleh Negara lain yang ingin berkuasa dan memperluaskan tanah kewilayahannya.
Tentara yang tidak punya ideoloi yang baik, maka tentara itu mudah sekali menyerah bila sudah terjadi perang yang berlarut-larut lama, contohnya perang rakyat semesta, seperti terjadi perang di Viatnam pada abad yang lalu dan pada abad sekarang ini terjadi perang rakyat rakyat semula pula seperti terjadi di Iraq, Palistina, Afghanistan, Rakyat Islam di Mindanao, dan tak lupa yang terjadi di Bumi Fathoni kita sendiri, namun cara dan corok dalam perlawanan beda-beda, tapi pada prinsipnya adalah sama yaitu kebebasan tanah air, disana yang bertahan adalah ideologi, bukan tentara yang bertahan, sebab tentara akan mati dan habis masa bertugasnya, yang ada selalu adalah akar ideologi kerakyatan.
Dulu orang-orang di Negara Asia tenggara meanggap tentara Thailand yang paling hebat di Asia Tenggara, bolih jadi anggapan itu disebabkan Negara Thailand tidak pernah dijajah oleh Negara-Negara barat, seperti mana yang terjadi pada Negara Malaysia, Indonesia, Vietnam, Nyanmar, Kamboja dan Laos, yang semua itu pernah dijajah oleh Negara-Negara barat, namun sekarang Negara tersebut sudah merdeka, dan masuk dalam era baru yang penuh dengan informasi melalui dunia inter nextwork atau yang kita kenal dengan bahasa popular adalah internet.
Kembali kepada tentara dan ideologi, dalam zaman fiodal/tuan tanah dan zaman raja menjadi tungkat kekuasaan pada sebuah negara memberi pengertian tentara, bahwa tentara merupakan kumpulan manusia yang dilatih, dipersenjatakan, diberi makan, diberi tempat tinggal, diberi segala fasility keperluan hidup, dengan satu tugas, yaitu pertahankan keutuhan Negara dan kekuasaan raja, namun pada zaman rakyat dapat bersuara, maka rakyat lah yang menjadi tentara, maka ada rasa kerelaan diri untuk menjadi seorang tentara, sebab merasa Negara adalah miliknya sendiri yang wajib dibela sampai titik kehabisan nadi berdeyut, disitu lah ideologi kerakyatan melahir dotrin dan menjadi pemahaman dalam kehidupan kenegaraan, disana lah lahir kekuasaan rakyat, atau dalam bahasa politik yaitu demokrasi bukan tuankrasi/tuan berkuasa.
Mari sedikit kita membahas mengenai tentara Thai/Siam, tentara Thai berakar ideologi pada tiga pokok, yaitu Negara, Agama Budha dan Sang Maha raja, disana tidak ada pokok dari kalimah Rakyat, cermat penulis bahwa tentara Thai dia hanya bela pada perkara yang puncak kuasa, bukan membela kejelataan rakyat, maka pantas lah bila rakyat Thai dibagian utara lebih banyak orang miskin dan orang dipusat kuasa dapat minum air dari bekas emas, bila lahir dalam sanubari tentara hanya bela pada satu orang saja, maka bolih kita buat kesimpulan bahwa tentara Negara itu lemah dan rapuh semangat keperwiraannya, bolih kita tengot pada kejadian serangan kilat laksana elang menyambar mangsa dari angkasa pada tanggal 04 januari tahun 2004 di markas pileng wilayah Narathiwat dahulu, menurut laporan ORANG MEDIA BBC LONDON bahwa yang melakukan serangan itu hanya beberapa orang saja, tidak lebih dari 50 orang, dan sekarang kita orang Melayu Islam Fathoni bolih rasa percaya diri lah, bahwa hanya tentara yang bersamangat mujahid yang siap bela rakyat lah yang mampu membuat hal luar biasa dan hebat semacam itu.
Penulis setiap hari bejalan kaki ditepi jalan raya dirumah kawasan Banang-seta, setiap kali melihat wajah tentara yang ada diatas kendaraan, tampaknya wajah mereka kurang bahagia dan kurang bersemangat dalam bertugas, malahan ada budak-budak kampung berani berkata dengan suara main-main, “tentara dia lapar nasi dan tak mandi”, jadi mudah kita buat kesimpualan bahwa tentara dan ideologi itu merupakan dua sisi mata duit, yang tidak bolih disebelah mana pun yang ada rusak, semua dua sisi itu wajib baik dan mantap tak bolih cacat, bila ideologi benar dan baik, maka tentara pun akan baik dan kuat, wallahhu a’lam.
By: Ibnu Fikri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 ความคิดเห็น:
Post a Comment